Papua Berharap Dapat Kompensasi REDD
Papua, di bagian timur Indonesia, adalah provinsi paling siap
untuk melaksanakan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) skema, pemerintah
propinsi telah diklaim. Hal ini dimungkinkan karena dari 42 juta hektar hutan, yang memiliki
kapasitas untuk menyimpan 400 ton karbon per hektar, serta tingkat keanekaragaman hayati yang
tinggi, para pejabat menambahkan. Namun, pemerintah propinsi masih harus menunggu persetujuan dari
Jakarta dalam bentuk kebijakan yang mendukung dan peraturan tingkat nasional sebelum pelaksanaan
proyek REDD.
Kepala Badan Papua Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (BPSDALH),
Noak Kapisa, mengatakan hari Jumat bahwa provinsi, bersama dengan provinsi tetangga Papua Barat,
sedang menunggu otorisasi pemerintah pusat dan peraturan yang rinci mekanisme REDD. "Tentu saja,
kami ingin kebijakan yang jelas dan peraturan kegiatan REDD dan insentif," Noak kepada The Jakarta
Post pada empat hari Keanekaragaman Hayati Internasional Konferensi Pembangunan Berkelanjutan di
Jayapura. Noak menjelaskan administrasi Papua adalah mengusulkan bahwa lebih banyak insentif dari
kegiatan REDD akan dialokasikan untuk masyarakat setempat.
"Kesepakatan awal adalah bahwa
para pembuat kebijakan di pusat * administrasi * akan memperoleh insentif persentase lebih tinggi
daripada orang-orang di tingkat provinsi. Tapi kami sangat mendesak pemerintah untuk memberikan
insentif tambahan kepada masyarakat lokal - orang-orang yang secara langsung terlibat dalam kegiatan
REDD, "tambahnya. Dia mengatakan, inisiatif yang diambil oleh pemerintah Papua untuk melestarikan
lingkungan dan budaya yang berakar dalam otonomi khusus Papua hukum dan peraturan daerah khusus ..
"Undang-undang otonomi khusus memberi hak masyarakat lokal untuk mengelola sumber daya alam mereka,
sedangkan peraturan khusus sepenuhnya mendukung penggunaan masyarakat lokal serta pengelolaan hutan.
Karena mereka tinggal di dalam atau dekat hutan," tambah Noak, yang juga ketua keanekaragaman hayati
dari panitia konferensi.
Papua adalah ditutupi oleh hamparan terbesar utuh hutan hujan tropis
di Asia Tenggara. Hutan meliputi lebih dari 42 juta hektar, atau 24 persen dari total Indonesia
kawasan hutan yang tersisa. Sejumlah 85 persen dari hutan Papua diklasifikasikan sebagai hutan utuh,
terdiri dari campuran antara Asia dan Australia yang unik spesies tanaman. Hampir 60 persen dari
populasi mamalia di Papua adalah endemik pulau, seperti lebih dari 40 persen burung Papua. Lebih
dari 47 persen hutan Papua diklasifikasikan sebagai hutan hujan dataran rendah, yang membuat rumah
untuk provinsi terbesar tracts sisa hutan dataran rendah di Indonesia. Sejumlah 57 persen dari hutan
produksi Papua, yang mencakup lebih dari 9,2 juta hektar, telah dialokasikan sampai 38 skala besar
konsesi hutan (HPH) pemegang. Banyak dari konsesi kayu ini telah menjadi tidak aktif dalam beberapa
tahun belakangan dan akibatnya produksi kayu telah menurun.
Papua Noak mengatakan pemerintah
akan meninjau semua HPH dan mencabut izin HPH yang tidak aktif. "Kami berharap bahwa Papua akan
memberikan buku contoh bagi negara mana pun berencana untuk menerapkan skema REDD," katanya,
menekankan kebutuhan masyarakat lokal untuk pelatihan untuk mendukung pelaksanaan
skema.
Sejalan dengan ide Noak, beberapa orang Papua yang berpartisipasi dalam konferensi
mengatakan bahwa berbasis di Jakarta dan pemerintah pusat harus memberikan kesempatan masyarakat
lokal untuk mengembangkan diri dalam rangka membangun Papua yang lebih baik. "Pendukung Papua dalam
mengembangkan diri adalah langkah yang tepat. Memberikan Papua tanggung jawab untuk belajar dan
mengambil alih kepemilikan inisiatif mereka sendiri berarti kita dapat menghancurkan persepsi bahwa
Papua tertinggal dari provinsi-provinsi lain dalam hal pembangunan," Papua Wakil Ketua Dewan
Legislatif Frans Wospakrik berkata.